Cerita tentang #ngaji oleh bang @af1_


Oleh : Afwan Riyadi

(@pkscibitung/SB)
1. Istri saya suatu hari pernah SMS, terkait dengan kelompok #ngaji yang baru saja diamanahkan padanya

2. “Aduh, aku disuruh pegang (#ngaji) mahasiswi2 LIPIA mas.. Jelas mereka lebih jago bahasa Arab1& kafa’ah syar’i-nya nih. Repot deh”

3. Ternyata sangat biasa, dalam kelompok #ngaji, mutarabbi (peserta pengajian) lebih berilmu daripada murabbi-nya. Lha kok bisa?

4. Karena kita #ngaji bukan semata belajar letter lijk ilmu2 Islam sebagaimana pemahaman masyarakat luas tentang “ngaji / belajar Islam

5. #Ngaji disini lebih seperti ta’akhy (pembentukan persaudaraan) diantara semua anggota pengajian tersebut

6. Murabbi bukan hanya sebagai ustadz/guru yg mengajar; namun juga bisa seperti orang tua, sahabat, motivator bahkan panglima perang.

7. Saya sampaikan ke istri : “Kan ** (panggilan sayang ane, hehe) tahu, kalau ** itu selama ini sukses mengentaskan mutarabbi jadi bagus..

8. .. bukan karena pengetahuan keislaman ** semata. Tapi karena kemampuan membagi pengalaman dakwah & pandai mendengar permasalahan mereka.”

9. Istri ane; beberapa mantan mutarabby-nya kini jadi teman satu grup #Ngaji. Ini prestasi, mampu mencetak mutarabbi jadi setpara dengannya

10.Kafa’ah Islamnya juga gak jelek2 amat. Dia dulu kuliah di Satra Arab & sempat lulus ujian masuk LIPIA. Sayang gak diambil krn jauh.

11.Itulah #Ngaji kita; menjadi ajang persaudaraan. Ada taushiah, ada pembahasan masalah ummat; bahkan kadang bahas masalah pribadi disana

12.Dan itu semua tak berhenti pada tataran pembahasan, melainkan saling mendorong & mengevaluasi agar pembahasan2 tsb menjadi aksi nyata.

13.Karena apa gunanya ilmu jika tanpa pengamalan. Sebagaimana iman membutuhkan amal shalih dari orang2 yg mengaku beriman. #ngaji

14.Ane pernah suatu kali mengeluh : “Menyesal ane, kenapa dulu gak masuk pesantren atau Ma’had; sehingga punya basis ilmu syariah yg kuat”

15.Ustadz itu berkata:”Antum malah sdh bagus; apa yg diketahui langsung diamalkan. Betapa banyak anak2 pesantren yg amalnya jauh dr ilmunya”

16.Walau bagaimanapun, ilmu agama tetap harus dikejar sampai wafat. Sebagai murabbi, kami jg punya tanggungjawab selalu memperbaiki diri

17.Menambah ilmu, talaqqi madah, memperbanyak wawasan, selalu terlibat dlm permasalahan dakwah shg makin matang dgn pengalaman, dll. #ngaji

18.Sebagaimana kita lihat IM saat awal2 berdirinya; para murabbi2 itu bukan para ahli syariah. Ada yg pemilik kedai, pengacara dsb

19.Namun siapa mutarabbi mereka? Banyak kemudian hari menjadi ulama2 besar seperti DR. Al-Qardhawy, Sayyid Sabiq, Sayyid Quthb dsb

20.Karena Islam ini agama yg menyelaraskan ilmu, iman & amal. Inilah yg menjadi concern utama dalam proses #ngaji.

Wallahu a’lam .. itu aja sih ..
image

Posted by: SahabatBaik

Tinggalkan komentar