5 Hal Yang Harus Disiapkan Kader Dakwah Dalam Menghadapi Ujian


image

Ust.Zubair Safawi

PKS-Cibitung.com [TM]
Jihad Politik di tahun 2014 telah usai, apapun hasilnya tentu harus kita syukuri. Allah memiliki skenario terbaik untuk kita di setiap takdirNya, begitu juga dengan hasil pemilu 2014. Mungkin banyak yang kecewa dengan menurunnya jumlah kursi yang didapatkan di pemilu kali ini, mungkin juga ada yang marah, saling menyalahkan dan lain sebagainya.

Bagaimana seharusnya seorang Dai menyikapi semua ketetapan Allah Swt sehingga tidak menjadikan dirinya lemah justru kuat?. Berikut ini saya kutip Tausiah dari Ustad Zubair Safawi Sabtu 10 Mei 2014 di Masjid Diklat Propinsi dalam acara Mabit yang diselenggarakan oleh Ikadi. Meskipun tidak utuh sama, semoga kita bisa mendapatkan substansi dari Tausiah beliau.

Assalamualaikm warohmatullahi wabarokhatuh

Pertama mari kita panjatkan puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan iman dan rahmat, sehingga kita bisa hadir dalam acara Mabit dalam rangka menguatkan ma’nawi kita. Dan tidak lupa mari kita sampaikan Sholawat serta salam kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw.

Dulu dimasa dakwah Ikhwanul Muslimin di Mesir belum tersiar kepenjuru negeri dan baru dalam ukuran kecil, Imam Syahid Hasan Al Banna pernah mengatakan, “Sekarang mungkin semua orang akan menerima dakwah kita karena mereka belum mengetahui agenda kita, namun mereka akan berbalik menyerang dakwah kita ketika mereka mulai tahu agenda kita adalah menegakan Islam, memperjuangkan yang Haq dan memusuhi yang Batil”. Dan ternyata apa yang beliau katakan di masa itu ternyata benar-benar terjadi, Imam Syahid tewas tertembak dan banyak anggota Ikhwan yang di tahan di saat dakwah Ikhwan mulai besar.

Begitulah tabiat dakwah, Haq dan Batil tidak akan pernah bisa menyatu. Yang Batil akan terus berusaha menghancurkan dakwah beserta agenda-agendanya. Mereka akan terus melakukan tipu daya agar Dakwah menjadi lemah dan tidak berdaya. Dulu dakwah kita mungkin mudah di terima oleh banyak orang, bahkan orang yang tidak seagamapun memuji program dakwah kita, namun setelah Jamaah dakwah ini menjadi besar, maka mulai banyak pihak yang menyerang dan berusaha menghancurkan bangunan dakwah ini.

Sekarang, bisa jadi tantangan dakwah kita tidak terlalu berat, tetapi kita harus siap suatu saat tantangan dakwah akan lebih besar. Pengorbanan yang sekarang kita keluarkan mungkin juga belum seberapa, namun kita harus bersiap apabila suatu saat dakwah kita membutuhkan pengorbanan yang lebih besar. Kita tidak boleh berada di zona nyaman, karena zona nyaman membuat kita lemah. Kita harus bersiap akan ancaman mereka yang ingin menghancurkan dakwah yang sudah pasti akan datang kapanpun waktunya.

Bagaimana cara menyiapkan diri kita?

Kegagapan kita menghadapi ujian dan perlawan terhadap dakwah, sangat bergantung kepada penguasaan keilmuan yang kita meiliki. Orang yang faham terhadap pilar-pilar dakwah melalui qur’an dan tafsirnya, sunnah-sunnah Nabi, Sejarah, maka cara merespon mereka juga akan berbeda. Mereka lebih mampu mengambil hikmah di setiap ujian yang datang. Untuk itu mari kita kembali mendalami tsaqofah ke Islaman kita.

Bagaimana kita bisa mampu menghadapi tipu daya mereka yang ingin menghancurkan dakwah, mari kita ingat kembali Firman Allah di surat Al Imron ayat 120: 

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Alimron:120)

Dari ayat tersebut bisa kita simpulkan bahwa untuk menghadapi tipu daya orang-orang yang ingin memerangi dakwah kita adalah dengan meningkatkan kesabaran dan ketaqwaan. Karena dengan Sabar dan Taqwa, tipu daya mereka tidak akan berdampak kepada dakwah kita, namun justru semakin kuat. Untuk mencapai Iman dan Taqwa yang kuat, Ada beberapa kapasitas yang harus di penuhi oleh setiap kader dakwah. Kapasitas ini penting di saat dakwah ini mengalami ujian yang berat.

Yang pertama adalah Kapasitas Ma’nawiah. Kapasitas Ma’nawiyah terkadang baru terasah di saat ujian datang, dan Ma’nawiyah sering lemah di saat tidak ada tantangan yang datang. Untuk itu mari kita membuat bahwa kondisi saat ini adalah kondisi yang membuat kita lebih tertantang. Seorang aktifis dakwah tentu saja tidak boleh memiliki amalan ibadah yang sama dengan seorang Muslim biasa, harus lebih.

Beberapa ciri seorang kader yang kokoh Ma’nawiahnya adalah yang pertama, ia sangat kokoh dan kuat dalam memikul beban. Seberat apapun beban dakwah ia dengan mudah bisa memikulnya. Yang kedua, Amal ibadahnya berdampak pada dirinya dan sosial di lingkungannya. Ibadah yauminya tidak hambar namun ada dampak amal. Yang ketiga, Seorang Dai yang kuat Ma’nawiahnya maka ia akan semakin taqwa dan juga sabar. Ia selalu berlapang dada atas semua ketetapan Allah dan tidak mudah mengeluh. Dan yang terakhir dampak atas kokohnya Ma’nawiah adalah kuatnya ukhuwah di antara para Dai. Ukhuwah tidak akan terwujud tanpa adanya kekuatan iman.

Yang kedua adalah kapasitas Fikriah. Kapasitas fikriah menjadi sangat penting, terutama di saat menghadapi persoalan-persoalan dan ujian yang berat. Orang yang memiliki tsaqofah yang kuat maka ia akan lebih mampu menghadapi ujian dengan respon yang terbaik. Untuk itu mari budaya keilmuan kita tingkatkan kembali.

Yang ketiga adalah kapasitas ijtimai. Kader haruslah muncul di masyarakat, tentu saja bukanlah seorang dai bila tidak membaur dengan masyarakat sekitar dan mewarnai mereka. Hal yang sederhana yang membuat kita kita sedih adalah ketika dai tidak berbaur. Suatu saat ingin bertamu ke rumah seorang kader dakwah dan kami menanyakan rumahnya ke tetangga dekatnya karena belum mengetahui alamat pastinya, namun tetangga dekatnya justru tidak mengenal nama sang dai tersebut. tentu ini hal sepele tapi itu bukti sang Dai tidak bersosialisasi. Kedepan jangan lagi hal itu terjadi. Kita harus di kenal, membaur dan mampu menyampaikan nilai yang terbaik.

Untuk memiliki kapasitas ijtimai yang baik harus didahului oleh kekuatan ma’nawi dan kekuatan fikriah, tanpa itu tidak akan mungkin mampu. Mungkin ada orang yang ma’nawinya lemah tapi ijtimainya bagus, namun itu kosong tanpa makna dan gampang terombang-ambing.

Yang keempat adalah Kapasitas Pengaruh. Dai haruslah mampu mempengaruhi bukan dipengaruhi. Apabila seorang Dai mampu mempengaruhi masyarakat maka dakwahnya akan lebih mudah di terima. Namun untuk mampu memiliki kapasitas pengaruh, satu langkah yang harus dilalui adalah kemampuan menaklukan hati.

Sebenarnya Islam telah mengajarkan bagaimana kita dapat menaklukan hati. Kita belajar dari konsep zakat. Salah satu golongan yang berhak menerima zakat adalah Mualaf. Zakat adalah pemberian kepada Mualaf agar dikuatkan hatinya untuk semakin istiqomah dengan Islam. Zakat adalah untuk untuk menaklukan hati seorang Mualaf yang mungkin masih mudah goyah karena baru masuk Islam. Untuk itu memberi dan berbagi adalah salah satu cara untuk dapat menaklukan hati.

Banyak cara lain yang dapat ikhwah semua terapkan untuk dapat menaklukan hati para mad’u dakwah kita, ikhwah bisa baca di banyak literatur fiqh dakwah yang sudah banyak di terbitkan.

Yang kelima adalah Kapasitas Siyasi. Seorang dai juga harus memiliki kapasitas Siyasi, yaitu di mana seorang dai memiliki kemampuan untuk membuat kebijakan, mengambil kebijakan secara tepat  dalam setiap persoalan. Kadang dalam kondisi penting dan mendesak seorang dai harus mampu membuat keputusan penting.

Dengan kelima kapasitas tersebut, maka goncangan seperti apapun yang terjadi pada dakwah ini tidak akan mampu membuat kita lemah,namun justru semakin kuat. Karena setiap Ujian yang datang dari Allah pada dasarnya Allah ingin membuat kita semakin kuat untuk menghadapi tantangan dakwah selanjutnya. Seperti yang di janjikan Allah dalam ayat yang sudah saya sampaikan di depan, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Alimron:120)

Semoga Allah memberikan kita keistiqomahan untuk senantiasa mengalir bersama dakwah dan berjuang untuk mendapatkan Ridho Allah.

Wassalamualaikum warohmatullai wabarokhatuh.

Demikian kutipan Tausiah Ustad Zubair Safawi, beliau ingin semua kader dakwah bangkit berdiri dan keluar dari zona nyaman, bahwa dakwah kita harus tetap move on dan menyiapkan kemenangan-kemenangan dakwah selanjutnya. Wallahualam.
[@arkaatmaja/Pkssemarang.org]

Download Aplikasi PKS CIBITUNG on Android di link – https://play.google.com/store/apps/details?id=com.pks.cibitung

Tinggalkan komentar