Pemimpin Sejati 


image

[pkscibitung/SB]–Setiap kalian adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya & seorang laki-laki adalah pemimpin dlm keluarga & akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, & wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya & akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Menjadi pemimpin ternyata ada dipundak diri kita masing-masing. Jadi, menjadi pemimpin bukan sekedar bicara politik saja, seperti pilkada atau pemilu.

Pemimpin pasti lahir dari kekuatan diri yang terus mau berbagi dan belajar dari siapa pun, serta menjaga hubungan yang kuat dengan langit(baca;Allah SWT) dan membumi, merakyat, tak ada jarak. Jiwa melayaninya mengikis tembok-tembok keangkuhan.

Ketika hiruk pikuk tahun politik lima tahunan kian dekat, maka kita akan banyak disuguhi berbagai atraksi dan gaya kepemimpinan dari berbagai partai politik(parpol) peserta pemilu, baik dalam pencalonan sebagai calon legislatif(caleg) ataupun sebagai calon presiden (capres).

Mendadak Narsis

Dalam buku Abnormal Psychology yang ditulis oleh Rathus dan Nevid (2000), orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian, (Kompas, Jum’at, 01/04 2005). 

Hati-hati dalam menentukan pilihan terhadap para caleg yang datang hanya pada ritual lima tahunan saja. Carilah yang teruji dan bisa dipertanggungjawabkan. Penuh Cinta mampu beKerja dengan atau tanpa sorotan kamera wartawan, kehidupan panggung politiknya, berawal dari keHarmonian dalam rumah tangganya. Pemimpin yang sukses hampir dapat dipastikan, Ia juga sukses menjadi pemimpin dalam rumah tangga.

Pemimpin sejati membawa suara rakyat dipundaknya bukan untuk panggung narsis, namun, panggung amanah, untuk eksis menjadi pelayan bagi umat.

Sepenggal Kisah

Saat adzan bergema, pembicara utama menghentikan sementara paparannya. Setelah adzan selesai materi dilanjutkan sedikit dan diakhiri doa sebagai penutup. Saya yang saat itu hanya sebagai peserta dengan mudah meninggalkan lokasi acara dan beranjak menuju masjid. 

Selesai saya mengimami sholat zuhur disebuah masjid. Tak ada yang istimewa sebelum adik kelas memberitahu bahwa salah satu makmumnya adalah Ketua MPR. “Gila” gumamku. Beliau mau menjadi makmum pada saya? padahal beliau tak hanya sebagai pimpinan lembaga tinggi negara saja, jauh sebelum itu sudah terkenal sebagai ustadz dengan segudang ilmu. Ahhh…siapalah saya, pikirku saat itu, mengapa beliau dengan mudah berganti posisi, dan jabatan yang melekat padanya, bukan untuk membuat jarak pada rakyat namun menjadi jembatan untuk lebih dekat. Saya mulai merasakan getaran kedekatan itu.

Saat pilkada Jakarta yang lalu beliau ikut sebagai Calon Gubernur yang diusung oleh PKS. Tak sedikit yang mengatakan beliau tamak kekuasaan. Namun semua itu beliau jawab dengan tenang. ketika saya jadi Ketua MPR bukan berarti saya berada diposisi puncak karir. Lalu ketika saya ditugaskan sebagai Calon Gubernur oleh PKS karir saya sedang turun. Bukan, bukan itu. Tapi dimanapun saya ditugaskan maka amanah untuk melakuan yang terbaik adalah letak kesuksesan itu sendiri, ujar pria penggemar bulutangkis.

HNW bukan politisi yang datang jelang pilkada atau pemilu saja, jauh sebelum PKS hadir dibumi pertiwi sebagai anak sah dari rahim reformasi. HNW bersama kawan-kawan seperjuangnya merintis jalan juangnya agar bisa mempersembahkan yang terbaik untuk republik yang kita cintai, Indonesia.

By : Trijoyo Adi

‪#‎Pemimpinsejati‬
‪#‎PKSm3nang‬

Posted by: @sahabatbaik

Tinggalkan komentar