Memory I’tikaf Bersama Gubernur PKS


irwan-prayitno

[PksCibitung/TM]
Jarum jam menunjukkan pukul 01.43 WIB dinihari, hari itu adalah malam ke-5 minggu terakhir Ramadhan 1434 H.

Kami bersama Ibu Hj. Nevi Irwan Prayitno dan putra-putri beliau; Jundy Fadhillah, Waviatul Ahdi, Anwar Jundi, Atika, Ibrahim, Shohwatul Ishlah, Farhana, Laili Tanzila, Taqiya Mafaza serta ayahanda Irwan Prayitno,Djamrul Djamal dan Ibu, berada di mushalla gubernuran Sumatera Barat (Sumbar) sejak usai shalat tarwih.

Kami melakukan iktikaf, dalam

rangka memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan, sekaligus menunggu datangnya malam lailatul qadar .

Mobil dinas gubernur memasuki areal gubernuran dan berhenti persis dekat gerbang mushalla.

Terlihat gubernur Sumbar Irwan Prayitno bergegas turun dan memasuki mushalla. Raut wajah beliau menyiratkan keletihan, namun dengan tetap tersenyum dan bersemangat, beliau langsung bergabung dengan kami di mushalla, ikut melakukan iktikaf.

Tak heran jika beliau terlihat lelah, karena baru saja pulang dari kegiatan Safari Ramadhan di Kabupaten Pasaman Barat.

Jarak Kabupaten Pasaman dengan Kota Padang cukup jauh,perjalanan biasanyanya ditempuh selama 3,5 jam

(dibantu forerider ). Tanpa forerider , perjalanan bisa memakan waktu dua jam lebih lama. Karena itu, jika acara Safari Ramadhan di Pasaman
selesai pukul 22.00 WIB, tak heran jika beliau sampai lagi di Padang sekitar sekitar pukul 01.30 atau lebih.

Kami yang sebelumnya nyaris tak mampu menahan kantuk, terjaga seketika. Sungkan rasanya beliau yang baru saja dari perjalanan jauh, tak

menyerah melawan kantuk dan tampak masih bersemangat.

Apakah kami yang tak mengikuti

perjalanan mesti menyerah? Segera kami kembali membuka lembaran kitab suci Al Qur’an lalu bertadarus.

 

Hj. Nevi Istri Irwan Prayitno

 

Sekitar pukul 03.00 WIB Irwan, tentu saja disusul oleh kami semua mengambil wudhu, bersiap untuk melakukan qiyamullail (shalat malam). Shalat malam biasanya diimami oleh seorang ustad yang biasanya seorang hafiz quran dan baik bacaannya.

Usai shalat malam, dilanjutkan dengan ceramah agama.

Setelah ceramah agama kami makan sahur dengan nasi bungkus. Semua sama, termasuk ajudan, pegawai rumah tangga, sopir, satpol PP, kami makan sahur bersama dengan menu nasi bungkus, termasuk Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Meski cuma dengan nasi bungkus, namun terasa nikmat dalam suasana kebersamaan diiringi sejuknya udara subuh ketenangan batin. Usai sahur, kami berwudhu, bersiap-siap

melaksanakan shalat subuh.

Usai shalat subuh berjamaah, barulah ritual iktikaf berakhir.

I
ktikaf merupakan agenda rutin Gubernur Irwan Prayitno dan keluarga selama 10 hari terakhir

setiap bulan Ramadhan.

Tahun 2010 dan 2011 (1431-1432 H) dilakukan di mesjid komplek

perguruan Adzkia. Namun sejak tahun 2012 dan tahun 2013, karena mushalla gubernuran pasca gempa telah selesai dibangun lagi, iktikaf Gubernur Irwan beserta keluarga dilakukan di mushalla gubernuran.

Itulah salah satu keistimewaan Irwan Prayitno, baginya agama bukan sekedar teori, juga bukan

sekedar slogan kosong belaka. Sesibuk apapun, seberat apapun pekerjaan yang dilakukan, atau
kemana pun dinas luar kota, puasa Senin dan Kamis tak pernah ia tinggalkan. Juga beliau tak lupa shalat dhuha setiap hari, serta membaca
wirid ma’tsurat setiap pagi usai shalat subuh.

Apalagi shalat wajib lima waktu sehari semalam, takkan pernah dilupakan. Irwan menjadi sangat cerewet mengingatkan putra-putrinya untuk melaksanakan shalat.

Penulis : Yongki Salmeno

Tinggalkan komentar