PKS DAN DILEMA SAYAP BERKEPAK


Hari senin besok tanggal 28 Desember 2020 PKS akan menyelenggarakan Muswil dan Musda secara serentak dan mungkin bisa masuk rekor MURI untuk partai yang menyelenggarakan event tersebut secara serentak. Namun bukan masalah tersebut yang kita akan bahas namun lebih kepada permasalahan dua sisi kehidupan partai yaitu jumlah pemilih (kuantitas) dan performance kader (kualitas)..

Setiap partai tentu punya strategi untuk mendapatkan banyak pemilih. Hampir setiap partai punya steategi yang kurang lebih sama bagaimana mendapatkan suara swing voter dan mendapatkan tokoh masyarakat untuk meningkatkan elektrolal pemilihnya. Hampir setiap partai juga punya kader dan punya manajemen untuk mengelolanya. Di Indonesia partai yang bagus dalam urusan pengelolaan menurut saya pribadi ada tiga yyaitu PKS, Golkar dan PDI-P .

Pertanyaannya adalah jikalau partai punya strategi meningkatkan kuantitas pemilih canggih dan bagus dalam pengelolaan kader kenapa belum mendapatkan pemimpin-pemimpin yang baik secara intelektual dalam pikiran dan shaleh dalam hati? Banyak kita melihat kader partai yang dikenal punya intelektual tinngi, lulusan luar negeri namun korupsi gak tanggung tanggung dana bansos pula yang disalahgunakan.

Disinilah letak permasalahannya karena satu sayap intelektual mengepak dengan cepat dan tinggi namun tidak diseimbangi dengan sayap kesholehan hati yang lambat bahkan tak bergerak sama sekali.

Back to laptop.. Mari kita bahas PKS dengan permasalahan diatas yaitu sayap intelektual iptek dan sayap kesholehan hati imtaq.

Sekali lagi mengingatkan bahwa pembahasan kali ini penulis lakukan hanya dari perspektif kader biasa PKS bukan dari perspektif para pemimpin top PKS karena dengan penuh keyakinan mereka telah memikirkan ini secara detail dan matang namun sebagai kader bawah tak ada salahnya memberikan sedikit pandangan tentang partai… nuwun sewu…

Seperti yang kita ketahui bahwa PKS adalah partai kader yang lebih mengutamakan sistem daripada figur siapapun tokoh yang menjadi presiden partai tidak akan banyak mempengaruhi kinerja PKS dan ini dibuktikan dengan suksesi demi suksesi yang terjadi dari yang penuh dengan gelora ombak menghantam keras pantai sampai pada suksesi dalam senyap.

Permasalahan regenerasi kepemimpinan kader yang berkualitas dengan sayap iptek dan imtaq yang seimbang dan dilema mendapatkan jumlah pemilih yang banyak mungkin menjadi masalah semua partai tidak terkecuali PKS.

Dalam pandangan penulis permasalahan regenerasi di PKS sangat penting dilakukan di tingkat kecamatan sampai kelurahan beserta korwe dan kortenya. Karena di tingkat tersebut masih banyak ditemukan kader yang sudah meninggalkan dunia hitam sebagai pengurusnya. Sebagai ujung tombak partai seharusnya diisi oleh orang orang muda bukan berarti menyampingkan atau menyepelekan kemampuan yang tua yang punya semangat “super muda” namun kita berbicara dalam konteks regenerasi.

Masih terngiang ngiang diatas kepala bagaimana kami waktu itu tahun 1999 di Partai Keadilan (PK) mayoritas pengurus kelurahan beserta korwe dan kortenya masih berusia 20 an bahkan ada yang masih SMA kelas III. Semangat muda… Ar ruhul jadid begitu kental dengan intelektual yang tinggi dan imtaq hati yang selalu terjaga waktu itu.

Inilah menurut pandangan pribadi penulis hal penting yang harus diagendakan bagaimana generasi milenial dapat menjadi pengurus kecamatan sampai tingkat bawahnya dengan intelektual tinggi tanpa kehilangan sisi kesholehan yang tetap terjaga.

Pada akhirnya PKS laksana burung garuda mampu terbang tinggi menuju bukit dan Pegunungan bumi Indonesia yang gemah ripah loh Jinawi dengan dua kepak sayapnya yang seimbang.

Selamat Muswil dan Musda

Trimulok, pinggiran Jakarta, Ahad 27 Desember 2020

Tinggalkan komentar