Bulan ‘Obral’ Pahala, Batasi Nonton TV


Selasa, 25 Agustus 2009 pukul 01:56:00

sumber : http://www.republika.co.id/koran/0/71601/Bulan_Obral_Pahala_Batasi_Nonton_TV

NU menyatakan, SMS Premium Call Ramadhan sebagai judi.

SURABAYA — Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Miftachul Akhyar, mengatakan, Ramadhan merupakan bulan ‘obral’ pahala dari Allah SWT. Namun, saat ini, ada godaan besar yang terus menghantui umat, yaitu beragam program tayangan televisi yang merusak kekhusyukan berpuasa.

”Kalau kita menonton televisi terus, kita akan rugi besar karena pahala benar-benar diobral Allah SWT selama ramadhan, misalnya ibadah wajib dihitung hingga 70 kali lipat, sedangkan ibadah sunah dihitung sebagai ibadah wajib,” kata pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya (Jatim), itu.Lebih lanjut, dia mengemukakan, televisi selama Ramadhan merupakan media massa yang patut disikapi secara hati-hati. Sebab, bila tidak mampu menahan diri, itu akan membuat orang yang berpuasa tidak berzikir.

”Kalau kita seharian tidak tidur dan hanya nonton televisi, kita mungkin akan tergolong orang yang berpuasa. Tapi, tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan haus,” kata Kiai Miftachul.Ditanya cara mengantisipasi keinginan menonton televisi, menurut dia,  tidak harus dengan mematikan total televisi, asalkan umat yang berpuasa dapat mengendalikan diri. ”Kita harus tahu batas. Tontonlah televisi yang berkaitan dengan tayangan yang menambah ilmu agama kita. Sedangkan, sisa waktu tetap digunakan untuk bekerja dan beribadah, termasuk membaca Alquran,” katanya.Cara menonton televisi dengan tahu batas itu merupakan hal yang penting. Namun, orang yang berpuasa dengan mengendalikan diri dalam keseharian, menurut dia, merupakan kelompok minoritas. ”Mayoritas orang yang berpuasa justru hanya mendapatkan lapar dan haus,” ujarnya.

Program judi
KH MIftachul juga menilai, kuis berhadiah melaui layanan pesan singkat (SMS) atau  SMS Premium Call di televisi selama Ramadhan adalah judi. Itu karena harga normal SMS hanya Rp 150, tapi dijual Rp 2.000, lalu kelebihannya dijadikan hadiah.”Hadiah yang menggiurkan, seperti mobil atau haji, membuat banyak orang  tertarik dengan keberuntungan itu. Cara seperti itu merupakan judi karena ada unsur untung-untungan dan ada unsur tipuan. Selain itu, karena pengelola SMS tersebut pasti untung lebih besar lagi hingga miliaran rupiah,” kata Rais Syuriah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (24/8).

Untuk menjawab kuis, dibutuhkan waktu tiga menit. Dengan begitu, menurut dia, bila fasilitas  premium call tersebut digunakan menjawab kuis, ada uang yang masuk ke penyelenggara kuis. Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, KH Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), menyatakan, puasa pada Ramadhan merupakan suatu kebutuhan pribadi dan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga.

Puasa Ramadhan kali ini juga bisa menjadi momen bagi berbagai kalangan masyarakat untuk merefleksikan kehidupan bersama selama ini. Apalagi, bangsa Indonesia baru melaksanakan agenda besar, yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden. ”Selama satu bulan ini, mari kita endapkan rasa dan hati, refleksi untuk berbuat hal-hal yang lebih baik bagi bangsa dan negara pada masa mendatang,” tandas Gus Yusuf.  zam/ant

Tinggalkan komentar