Wawancara Tokoh JI


sumber : http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=379:bukan-ji-pelakunya&catid=83:wawancara&Itemid=200

Tokoh Jamaah Islamiyah Abu Rusydan

Abu Rusydan, dalam catatan polisi ustadz yang satu ini juga aburusydanmemiliki beberapa nama alias, Thoriquddin alias Hamzah. Lelaki yang satu ini, pernah mendapat pendidikan militer di Kamp Mujahidin Afghanistan, di Sadda, Pakistan.

Jabatannya dalam Jamaah Islamiyah adalah Ketua Mantiqi III yang memiliki otoritas di beberapa wilayah seperti Kalimantan, Sabar dan Sarawak, Sulawesi termasuk juga Filipina Selatan.

Namanya juga pernah disebut sebagai Pelaksana Harian tugas Amir Jamaah Islamiyah (JI). Pengadilan memberikan vonis 3 tahun 6 bulan padanya karena dianggap melindungi Mukhlas, dalam peristiwa Bom Bali I.

Tak mudah bertemu pria kelahiran Kudus 47 tahun silam ini. Stigma yang sudah melekat pada setiap sosok yang dituduh teroris, adalah kasar dan menyeramkan. Tapi, ketika Eman Mulyatman dari Sabili bertemu dengan Abu Rusydan di rumahnya, Kudus Jaw Tengah, image tersebut langsung pudar.

Abu Rusydan ramah, bahkan cenderung humoris. “Nanti antum rugi kalau jauh-jauh dari Jakarta tidak foto sama ana,” selorohnya saat mengajak Sabili foto bersama.

Abu Rusydan alias Thoriquddin alias Hamzah memberikan keterangan pada Sabili secara terbuka. Tanpa kata-kata off the record atau apapun yang terkesan disembunyikan.

Berikut petikan wawancaranya:

Setelah peristiwa bom, lagi-lagi umat Islam menjadi sasaran?

Sebetulnya, tidak ada pengamat, intel, bekas intel maupun aparat keamanan yang menyebutnya. Tidak secara langsung menyebut umat Islam, bahkan mereka juga agak segan menyebut nama JI terlibat dalam aksi-aksi itu. Mereka selalu menggunakan istilah, Kelompok Nordin.

AM Hendropriyono (Mantan Kepala BIN) menyebut Wahabi Radikal?

Itu tendensius sekali, Wahabi itu apa, jadi tidak jelas. Kalau yang dimaksud gerakan Syekh Muhammad Abdul Wahab, tapi dari kitab-kitab dan hujjah-hujjah yang kita pelajari itu benar. Nah sekarang yang dimaksud Wahabi itu apa, justru dengan lontaran semacam itu, persoalan jadi bertambah ruwet.

Apa targetnya?

Sekali lagi statemen itu tendesius. Wahabi itu memang gerakan agama sekaligus gerakan politik. Jadi kita mewarisi gerakan Wahabi bukan dalam rangka gerakan politiknya. Tapi, bagaimana tulisan-tulisan beliau yang sesuai dengan al-Qur’an, As-Sunnah dan Salafusshalih, itu yang kita ambil.

Apakah pernyataan itu semacam test the water?

Tidak tahu. Tapi jelas tendensius dan ada semacam sentimen anti Wahabi. Buku Ilusi Negara Islam,  jelas menghantam Wahabi, hanya tidak disebut langsung bahwa JI sebagai bagian dari Wahabi. Tapi justru Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menjadi korban.

Jangan-jangan yang mengucapkan tidak mengerti?

Ya silakan ditanyakan sendiri. Yang jelas ucapan itu sering diucapkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan gerakan pemurnian akidah.

Semacam propaganda begitu?

Jadi sebenarnya cap buruk kepada Wahabi itu warisan penjajah Barat. Jadi kalau ini perang propaganda, maka harus dihadapi dengan propaganda pula. Tapi, kalau itu dimaksudkan untuk perbaikan bangsa, mari kita jujur. Jadi harus jelas maksudnya apa, agar tidak kontraproduktif.

Ada Wahabi, JI dan al-Qaidah begaimana merangkainya?

Secara organisatoris tidak ada hubungannya. Secara pemahaman kita harus memahami, terlepas dari stigma negatif Wahabi secara politis, pada dasarnya gerakan ini adalah untuk mengambil Islam sebagai sumbernya yang murni, al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafusshalih. Al-Qaidah juga sepanjang yang saya ketahui mengambil dari yang sama, Al-Qur’an, As-Sunnah dan Salafusshalih . Jamaah Islamiyah ketika masih wujud lembaganya, juga mengambil dari al-Qur’an dan As-sunnah menurut pemahaman Salafussahalih. Jadi titik temunya pada bagaimana memahami Islam.

Ada pendapat, pelaku pengeboman itu pemahamannya Wahabi radikal, pelakunya JI dan mendapat dana dari al-Qaidah, benar begitu?

Ha ha ha… Siapa pun yang mengatakan itu, kalimat itu jelas tendensius. Kalimat itu dilontarkan oleh musuh-musuh Islam, terus diadopsi oleh siapa pun, kita tidak tahu itu. Tapi jelas dalam rangka ingin memojokkan Islam.

Yang mengatakan pelakunya umat Islam justru dari kalangan Islam sendiri?

Jadi memang harus kita pisahkan, Islam tidak mengajarkan terorisme. Tapi, perlu juga diketahui bahwa aksi-aksi itu juga tidak dimaksudkan untuk melakukan terorisme.

Maksudnya?

Kalau aksi-aksi yang dilakukan oleh al-Qaidah, oleh Noordin Top dan Ustadz Mukhlas, itu mereka lakukan atas keyakinan ibadah jihad. Mereka bukanlah orang-orang yang tidak memahami apa itu jihad. Mereka memahaminya dari al-Qur’an, As-sunnah dan sejarahnya. Mereka orang yang paham betul. Saya tahu betul, beberapa dari mereka hafal al-Qur’an 30 juz, hafal beberapa hadits dan menukil pendapat ulama juga bagus. Mereka juga dibimbing oleh ajaran. Meski saya tidak setuju dengan aksinya, tapi kita tidak bisa menafikan bahwa mereka orang yang mengerti.

Jadi, setuju atau tidak?

Ya, saya tidak setuju dengan pilihan aksinya. Perbedaannya bagaimana seharusnya kita bisa menghindari korban yang tidak perlu. Kedua, bisa jadi apa yang dilakukan benar, tapi masyarakat tidak memahami bahwa apa yang mereka lakukan itu benar.

Katanya ini dilakukan JI Muda?

Apa yang dikatakan Sidney Jones tendensinya memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Tidak ada JI Muda atau JI tua. JI Bukan pelakunya, JI sebagai sebuah lembaga tidak bertanggungjawab atas seluruh aksi-aksi itu.

Jadi di luar koordinasi begitu maksudnya?

Ya tidak, mereka ini juga membaca dan mengikuti tarbiyah jihadiyah, kemudian mereka perlu mengamalkan. Disitulah persoalannya.

Bom terjadi dua kali di tempat yang sama, padahal hotel pengamanannya super ketat?

Kita tunggu saja investigasi Polisi, kalau analisa-analisa bisa malah membingungkan publik. Seperti kemarin ada pernyataan pelakunya Nur Said, eh ternyata DNA-nya tidak cocok.

Jaringan juga Ngruki disebut-sebut….

Itulah, karena mereka tidak memahami persoalan. Atau dia (yang melontarkan statemen Ngruki-red) memang bagian dari sebuah konspirasi yang sengaja dipakai untuk membuat statemen semacam itu. Kita tidak tahu. Tapi, yang mau kita lawan dalam hal ini adalah pemikiran mereka yang tersesat. Jangan sembarang umbar pernyataan.

Nama Ustadz Abu Bakar Baasyir pun disebut-sebut kembali?

Itu murni Fitnah.  Jadi, seluruh aksi (pengeboman) itu, baik JI, Ustadz Abu dan apalagi Ngruki tidak bertanggungjawab.

Tapi, umat Islam jadi kambing hitam?

Tidak! Aparat keamanan membatasi pada gerakan Noordin dan kawan-kawan.

Tapi, dakwah menjadi mundur?

Itu masing-masing gerakan punya pertimbangan. Kalau saya sendiri tidak ada masalah. Tidak secara khusus pada ledakan 17 Juli kemarin, karena teror terhadap kaum Muslimin sudah lama. Sejak zaman Nabi,  dari penjajahan Barat  dan sepanjang dakwah itu ada.

Mungkinkah bom itu oleh Islamophobi karena ketakutan mereka pada partai Islam?

Kemungkinan itu selalu ada. Karena yang dimaksud Wahabi, dari buku Ilusi Negara Islam adalah PKS dan HTI disebut-sebut sebagai Wahabi dan transnasional. Justru JI tidak disebut secara spesifik.

Jadi meski partai-partai Islam menang dalam Pilpres jangan merasa aman dulu?

Ya kita lihat saja komitmennya. Sebab dari sejarah kepartaian di Indonesia belum ada partai Islam yang komitmennya bisa diandalkan. Baik PKS maupun Masyumi di Orde Lama tidak jelas pembelaannya terhadap Islam. Lalu untuk apa menamakan diri sebagai partai Islam? Itu yang perlu dicatat. Masyumi tidak mampu mempertahankan Piagam Jakarta, padahal menang pemilu 1955. PKS apa kontribusinya?

Anda kenal Natsir Abbas? Dimana posisinya dalam Jamaah Islamiyah?

Secara pribadi saya kenal. Itu ujian bagi mereka. Kita tidak bisa menilai secara dangkal dan hitam putih, sebab apa yang mereka lakukan Allah lebih tahu, kadang-kadang orang tidak bisa melakukan sepenuh kesadarannya. Karena keadaan tertentu. Kita berdoa semoga diberi petunjuk jalan yang benar dan istiqamah.

Mengapa hitam putihnya tidak jelas?

Jadi antara menyampaikan kebenaran apa adanya dengan berbuat adil kepada siapa pun itu beda. Harus kita pisahkan. Kalau berbuat baik dan adilnya dan itu harus mengorbankan kebenaran  yang dibawa sehingga dia menjual kebenaran itu yang salah. Tapi kalau dia bergaul dengan orang secara baik dan tidak mengorbankan kebenaran itu tidak bisa disalahkan. Yang penting tidak ada perwalaan (kesetiaan). Tidak ada rasa cinta dan membantu dia dalam memusuhi sesama Muslim. Tidak merugikan Islam dan kaum Muslimin.

Apakah ada jamaah yang steril dari infiltrasi?

Saya khwatir kalau semua jamaah sudah kemasukan infiltran, semakin terbuka maka semakin rawan infiltrasi. Itu wujud kewaspadaan, semoga tidak.

Bagaimana mengetahuinya ada musuh dalam selimut?

Sayangnya kita tahu setelah ada akibat buruk.

Begitu banyak fitnah apakah ini sudah saatnya pergi ke gunung, menjaga akidah sendiri?

Uzlah Thaifah Mansurah menurut Syekh Salman al-Audah, itu berarti berpegang teguh kepada kebenaran dan kemudian tidak putus asa untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Jadi kalau yang dimaksud uzlah itu menyendiri seperti pertapa, itu pengertian yang salah. Tidak boleh. Sebab kalau hari ini kita berpegang teguh kepada kebenaran yang bersumber pada al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman yang benar maka kita betul-betul akan terisolasi dalam kehidupan ini. Betul kan?

Jadi apa jabatan Anda sekarang?

Yang penting bagi saya, konsumsi media beda dengan konsumsi kepolisian. Kalau Polisi sudah tahu. Tapi, yang jelas saya bukan mantan. Karena JI itu bukan sesuatu yang buruk sehingga harus saya tinggalkan.

Bagaimana hubungan JI dengan Jamaah Ansharut Tauhid yang dipimpin Abu Bakar Baasyir?

Kalau pemikiran dasarnya sama-sama mengambil dari al-Quran dan aS-Sunnah, tidak ada perbedaan. Adapaun ekspresi dan aksi itu adalah ruang-ruang pilihan. Itu berdasarkan pengalaman. Kalau sudah masuk gerakan itu soal kepercayaan.

Mengapa ada clash?

Itu yang tidak paham. Tapi selama jujur dan ikhlas ini hanya masalah waktu, Allah akan menyatukan.

Bagaimana dengan persatuan, masih jauh ya?

Yah itu ujian, tidak masalah. Jangan berpikir untuk menyatukan dulu. Kita berpikir untuk membersihkan niat kita dulu. Kalau kita berpikirnya menyatukan, nanti kita kecewa terus. Siapapun dan dimana pun maka ini adalah potensi yang harus terus dipelihara untuk kepentingan Islam.

Bagaimana dengan jihad di Indonesia?

Memang pada dasarnya Indonesia, dalam strategi global orang kafir, bukan sebagai medan qital. Maka perang pemikiran dan fisik itu di Timur Tengah. Karena Amerika juga membaca sejarah, armageddon dan Thaifah Manshurah itu dimana. Maka sangat naif kalau berpikir lokal

Tinggalkan komentar