Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi : Perayaan Maulid Tidak Bid’ah


sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/al-qaradhawi-peringatan-maulid-tidak-bidah/

yusuf-al-qaradhawiSyaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional menyatakan bahwa anggapan merayakan maulid Nabi saw. adalah bid’ah, dan setiap bid’ah pasti sesat, dan setiap yang sesat pasti masuk neraka, tidak semuanya benar.

Beliau meluruskan, yang kita ingkari dalam hal perayaan maulid adalah ketika ada pencampur adukan dengan kemungkaran-kemungkaran, ketika perayaan maulid itu bercampur aduk dengan hal-hal yang menyalahi syari’at, ketika perayaan maulid itu tidak sesuai dengan apa yang Allah swt. turunkan dalam firman-Nya, sebagaimana praktek-praktek ini masih ada di sebagian negara Islam.

Contohnya, Praktek syirik, dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at.

Namun jika, peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.

Ketika acara maulid seperti demikian, alasan apa masih disebut dengan bid’ah? Pernyataan beliau yang dimuat dalam media online pribadi beliau itu juga ditambahkan: “Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.” Allah swt. memerintahkan demikian kepada kita dalam banyak firman-Nya.

Misalnya:

(يا أيها الذين آمنوا اذكروا نعمة الله عليكم إذ جاءتكم جنود فأرسلنا عليهم ريحاً وجنوداً لم تروها وكان الله بما تعملون بصيرًا، إذ جاءوكم من فوقكم ومن أسفل منكم وإذ زاغت الأبصار وبلغت القلوب الحناجر وتظنون بالله الظنونا)

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikuruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.” Al Ahzab:9-10

Allah swt. memerintahkan kita mengingat suatu peperangan, misalnya perang Khandaq atau perang Ahzab, di mana kafir Quraisy dan Suku Ghathfan mengepung Rasulullah saw. Dalam kondisi serba sulit ini, Allah swt. menurunkan bala bantuannya berupa angin kencang dan bantuan Malaikat. Ingatlah peristiwa itu, ingatlah, jangan kalian lupakan itu semua. Ini jelas menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk mengingat nikmat dan tidak melupakannya.

Dalam ayat lain, Allah swt. berfirman:

(يا أيها الذين آمنوا اذكروا نعمة الله عليكم إذ هم قوم أن يبسطوا إليكم أيديهم فكف أيدهم عنكم واتقوا الله وعلى الله فليتوكل المؤمنون)

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Al Anfal:30

Ayat ini mengingatkan kita bahwa orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ telah besepakat untuk mengkhianati Rasulullah saw. di Madinah, mereka membuat makar, mereka membuat tipu daya, namun makar dan tipu daya Allah swt. lebih kuat dan lebih cepat dari mereka.

 ويمكرون ويمكر الله والله خير الماكرين

“Mereka membuat makar, dan Allah membuat makar (juga), Dan Allah sebaik-baik pembuat makar.” Perayaan yang demikian tidaklah bid’ah, bahkan dianjurkan. Allahu a’lam (it/ut)

profile  Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi  :

Yusuf Qardhawi, adalah seorang pemikir Islam modern yang sangat yakin akan kebenaran cara pemikiran Islam yang moderat (al-washatiyah al-Islamiyah). Sebagai ulama yang memiliki apresiasi tinggi terhadap Alquran dan Sunnah Nabi, Qardhawi sangat fleksibel dalam memandang ajaran Islam. Namun pada saat yang sama, ia juga sangat kuat dalam mempertahankan pendapat-pendapatnya yang digali dari Alquran dan Hadits.

Yusuf Qardhawi lahir di Shafth Turaab, sebuah desa kecil di Mesir, pada 9 September 1926. Ia tidak sempat mengenal ayah kandungnya dengan baik, karena saat usianya baru mencapai dua tahun, sang ayah meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ia dibesarkan oleh ibu kandungnya. Akan tetapi pada saat ia duduk di tahun keempat ibtida’iyah, ibunya pun dipanggil Yang Mahakuasa.

Beruntung, ibu yang dicintainya masih sempat menyaksikan putra tunggalnya ini hafal seluruh Alquran dengan bacaan yang sangat fasih, karena pada usia sembilan tahun sepuluh bulan, ia telah hafal Alquran. Kemampuannya dalam menghafal Alquran itulah yang menyebabkan kaum kerabatnya kerap memanggil Qardhawi “syaikh“.

Pendidikan formalnya dimulai pada salah satu lembaga pendidikan Al-Azhar yang dekat dengan kampungnya. Di lembaga pendidikan inilah Qardhawi kecil mulai bergelut dengan kedalaman khazanah Islam. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi, Qardhawi melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, hingga lulus tahun 1952.

Namun karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu, gelar doktornya baru dia peroleh pada tahun 1972, dengan desertasi Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan. Desertasinya itu kemudian disempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif dalam membahas persoalan zakat dengan nuansa modern.

Kedalaman dan ketajamannya dalam menangkap ajaran Islam ini, sangat membantunya untuk selalu bersikap arif dan bijak. Dalam buku-buku yang ditulisnya, dia selalu mendengungkan kelebihan Islam dalam segala lini. Qardhawi dengan gencar mengedepankan Islam yang toleran serta kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki oleh umat di luar Islam.

Qardhawi juga amat selektif terhadap berbagai propaganda pemikiran Barat maupun Timur, termasuk dari kalangan umat Islam sendiri. Dia bukanlah pengikut buta dari mazhab atau gerakan Islam modern tertentu. Bahkan dia tidak segan-segan berbeda pendapat dengan senior-seniornya dalam pergerakan Islam. Singkatnya, Qardhawi memiliki pendirian yang sangat kokoh terhadap apa yang dia yakini sebagai kebenaran dan prinsip Islam, walaupun seringkali mendapat tekanan dari berbagai pihak.

Di mata Qardhawi, umat Islam sudah lama mengidap krisis identitas akibat perang pemikiran (ghazwul fikr) Barat yang tidak menginginkan Islam bangkit kembali. Akibatnya, umat Islam justru lebih percaya kepada peradaban Barat ketimbang pada agamanya sendiri. Oleh karena itu, Qardhawi tak henti-hentinya berusaha mengembalikan identitas umat dengan melakukan penyebaran pemikiran Islam yang benar melalui berbagai tulisan serta seminar-seminar di tingkat internasional.

Pandangan bahwa Islam sangat menghargai makna pluralisme agama sebagai sebuah realitas sosial yang tidak mungkin dihilangkan, membuat Qardhawi sangat anti-terhadap gerakan-gerakan militan apalagi anarkis. Sikap seperti itu, menurutnya, hanya memperburuk citra Islam yang cinta damai dan sangat manusiawi dalam memperlakukan orang lain. Namun di saat yang sama, Qardhawi juga mengingatkan bahwa tindakan militan umat Islam bukan muncul dari keinginan mereka.

Tindakan tersebut muncul akibat kemerdekaan mereka telah dirampas oleh para penguasa yang tidak memberikan ruang yang leluasa untuk menjalankan keyakinan mereka.

Qardhawi juga dikenal sebagai seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Menurutnya, semua ilmu bisa Islami dan tidak Islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya.

Qardhawi memandang bahwa pemisahan ilmu secara dikotomis telah menghambat kemajuan umat Islam. Padahal, peradaban bisa melesat maju jika peradaban tersebut bisa menyerap sisi-sisi positif dari peradaban yang lebih maju dengan tanpa meninggalkan akar-akar pembangunan peradaban yang dianjurkan Islam

Satu pemikiran pada “Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi : Perayaan Maulid Tidak Bid’ah

  1. Ping balik: Pemikiran Salafi |

Tinggalkan komentar